Tak Pedulikan Stigma Negatif, Fokus Kesembuhan
Nico Kopet, pria berumur 35 tahun ini terlihat biasa saja. Seakan tak ada apa-apa yang terjadi pada dirinya. Padahal, 14 Juni lalu dokter menyatakan dirinya positif covid-19.
Laporan: Livrando Kambey
SUDAH 20 hari Nico berada di Rumah Sakit Umum Sam Ratulangi Tondano, Kabupaten Minahasa. Dia dinyatakan terjangkit virus corona pada 14 Juni. Nico bersama ibunya. Yang sama-sama positif covid. Jadi, saat ini mereka berdua, ibu dan anak dalam satu ruangan.
Selasa (23/6), wartawan Harian (Radar) Manado berkesempatan mewawancarai Nico lewat telpon sekira pukul 15.00. Suaranya terdengar bisa saja. Dia pun menceritakan awal terkena virus corona.
Menurutnya, dia pernah pergi ke suatu tempat. Ketika pulang, beberapa hari kemudian dirinya merasa sakit di radang.
“Kemudian saya ke dokter dan diberi obat. 4 hari kemudian saya sehat. Tetapi, indra penciuman dan perasa itu hilang. Ada rasa tapi tak tajam,” kata Nico.
Waktu awal di RS, dia dironsen dan dirapid. Dokter anjurkan lakukan rawat dan tes swab. Hasil swab keluar setelah 10 hari. Alumni SMA 1 Tondano itu ternyata tak kaget ketika dokter ambil kesimpulan dirinya OTG (orang tanpa gejalah) dan positif covid.
“Saya sudah sedikit yakin. Sebab pertama saya dironsen dan dokter katakan ada flek yang mengarah ke covid. Dokter anjurkan jadi PDP dan dirawat sambil tunggu swab. Saya pun batuk setelah di rumah sakit. Jadi ketika dinyatakan positif, saya tak kaget. Dan saya ikuti saja. Dokter terus beri motivasi, penguatan. Sekarang tinggal menunggu hasil swab ketiga dan keempat,” tuturnya.
Pria kelahiran 12 November 1984 ini mengaku, waktu dinyatakan positif, ada kerabat yang langsung menghubunginya. Dari situlah Nico mulai aktif di madia sosial Facebook (FB) membuka diri dan menjawab berbagai pertanyaan sahabat-sahabatnya. Dan, sedikit menceritakan keadaan dirinya.
“Keluarga terus memberikan dukungan. Ayah saya di rumah, karantina. Saya suruh tak usah keluar. Sejauh ini paling ada kejolak di sekitar tempat saya tinggal. Tapi tidak terlalu menekan,” ujarnya.
Nico sampai saat ini terlihat kuat dan sehat. Itu karena keadaannya sekarang masih sehat.
“Ada teman-teman berikan suport serta doa, berikan semangat. Saya juga berpikir kenapa harus takut. Saya kan masih sehat-sehat. Hanya batuk ringan saja,” tegasnya.
Kondisi dan situasi di RS, di ruangan para pasien positif covid dirawat, menurutnya biasa saja.
“Kita di ruangan semua pasien positif dengan keluhan berbeda-beda. Kita saling beri dukungan. Karena kami mandiri tak ada keluarga yang jaga.
Pelayanan di RS sangat baik. Pemerintah memang sudah atur supaya kami tidak stres. Jadi kita saling membantu satu sama lain,” ucapnya.
Pola tidurnya kini teratur semenjak di RS.
“Sebelum jam 6 pagi sudah bangun. Karena harus sarapan dan minum obat. Malam biasanya jam 11 sudah tidur,” ucapnya.
Teman-temannya banyak yang beri semangat, mengirim sesuatu ke Nico.
“Orang dekat, banyak suport dan dukung. Saya lihat di FB, di kampung saya tak ada yang tulis status buruk atau bully di medaos. Mungkin karena saya sudah terbuka lewat medsos,” tuturnya.
“Mungkin saja ada beberapa yang membully. Tapi tak masalah dan saya tak peduli. Karena bayak yang memberi suport. Yang jelas keluarga mendukung sekali. Meskipun ada juga yang buly. Tapi sedikit,” ungkapnya.
Dia pun menyarankan untuk semua pasien positif yang di dirawat agar tetap semangat.
“Jangan pedulikan yang membully. Biarlah tetap fokus untuk kesembuhan. Tak usah takut. Kita harus kuat melawan penyakit dan virus ini. Dan yakinlah Tuhan selalu menyertai kita,” kuncinya. (An1)