Rusmin Hasan
Mahasiswa : Universitas Negeri Manado
Kabid : Partisipasi & pembangunan Daera (PPD) HMI Cab. Tondano
KEMUNCULAN teknologi ini merupakan bentuk rasa syukur manusia terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Dunia akhirnya mengenal yang namanya bidang industri untuk pertama kalinya lewat sebuah penemuan penting dari seorang James Watt (1736 – 1819).
James Watt menemukan dan mengembangkan mesin uap. Penemuan ini kemudian menjadi dasar sekaligus cikal bakal lahirnya sebuah teknologi baru. Kini, oleh kita, dikenal dengan sebutan revolusi industri yang terjadi di Inggris. Fenomena ini terjadi pada abad ke-18 yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Revolusi Industri sampai saat ini telah mengalami perkembangan. Mulai dari era industri generasi pertama, industri generasi kedua, hingga industri generasi ketiga. Dan sekarang, yang sedang kita hadapi adalah era industri generasi keempat atau yang kita kenal industri 4.0.
Dalam bukunya, Prof. Klaus Martin Schwab, teknisi dan ekonom Jerman, yang juga pendiri dan Executive Chairman World Economic Forum, The Fourth Industrial Revolution (2017), menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja, dan berhubungan satu sama lain. Perubahan itu sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan eksponensial.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia. Hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri. Khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan per kapita negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat.
Indonesia sebagai sebuah negara pada posisi ini mau dan tidak mau harus menghadapi ini sebagai sebuah harapan dan juga sebagai tantangan. Apalagi negara kita yang populasi penduduknya terbanyak keempat di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, dan India dengan jumlah yang paling banyak adalah generasi muda.
Apalagi wacana yang yang sedang dibangun untuk sekarang itu juga “Bonus Demografi” untuk kaum muda bangsa ini. Maka Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mesti berperan sebagai organisasi perjuangan serta notabene anggotanya adalah kaum muda (mahasiswa).
Sehingga menjadi sesuatu yang komplet dan riil kalau era industri 4.0 dihadapi sebagai bentuk perjuangan, baik secara organisatoris maupun etis.
Apalagi kader HMI secara aspek pengetahuan sudah dapat dikatakan baik dan mantap; sudah selayaknya bisa menghadapi era ini. Lalu apa strategi dan taktik atau stratak HMI dalam merespons revolusi industri 4.0?
Sejarah Revolusi Industri dan Perkembangannya
Revolusi Industri merupakan fenomena yang terjadi antara tahun 1750-1850. Terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Ia memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.
Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Bermula dari penemuan mesin uap, mesin sederhana ini kemudian diaplikasikan dalam berbagai mesin yang dapat memperbanyak produksi barang di Eropa. Perkembangan yang juga tidak kalah cepatnya adalah sektor transportasi, komunikasi, dan keuangan Eropa.
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18. Terjadi peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia. Itu kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur.
Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil. Juga, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batu bara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya jalan raya atau perbaikan jalan raya dan rel kereta api.
Munculnya revolusi industri ini tentu tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan yang puncaknya pada abad ke-16. Sehingga melahirkan para ilmuwan seperti Francis Bacon, René Descartes, Galileo Galilei. Serta, adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science.
Tentunya kemunculan revolusi industri mempunyai latar belakang yang di antaranya:
1. Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang mengharuskan raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja tunduk kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas persetujuan parlemen.
2. Inggris kaya bahan tambang. Britania Raya berlimpah bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di samping itu, wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.
3. Adanya penemuan baru di bidang teknologi. Dan, banyaknya penemuan baru yang dapat mempermudah cara kerja dan meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun, mesin uap, dan sebagainya.
4. Kemakmuran di Britania Raya. Ini adalah akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di Inggris juga tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris mempunyai banyak daerah jajahan yang menghasilkan bahan mentah tersebut.
5. Pemerintah memberikan perlindungan pada hak paten. Perlindungan kepada hak paten oleh pemerintah Inggris mendorong kegiatan penelitian ilmiah lebih dikembangkan. Terlebih lagi setelah dibentuknya lembaga ilmiah Royal Society for Improving Natural Knowledge, maka perkembangan teknologi dan industri bertambah maju.
6. Arus urbanisasi Gaung banyaknya penemuan baru mengakibatkan arus urbanisasi di Inggris naik tajam. Hingga arus urban yang besar akibat Revolusi Agraria di perdesaan mendorong pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak agar dapat menampung mereka.
Perkembangan Revolusi Industri merupakan sebuah perubahan radikal. Ia mengubah tatanan kehidupan sosial kehidupan masyarakat dan negara yang berdampak luas, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik. Revolusi industri sendiri adalah sebuah revolusi ekonomi yang terjadi pertama kali di Inggris.
Awal Revolusi Industri memang kurang jelas. Tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830 dan tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, dan rel.
Dengan begitu, perkembangan revolusi industri pada hasilnya adalah bagaimana mesin lebih bekerja untuk melakukan sesuatu. Perkembangan revolusi industri ini berlanjut sampai hari ini, yakni era industri 4.0.
Industri 4.0; Tantangan dan Harapan
Jika kita berbicara sejarah industri dan perkembangannya, tentu tidak lepas dari yang namanya teknologi. Setiap kemajuan teknologi pasti berefek langsung kepada industri yang ada.
Industri dan teknologi memang bidang yang berbeda, namun memengaruhi satu sama lain. Ketika ada penemuan teknologi baru, bidang industri pasti akan maju untuk melengkapinya.
Revolusi industri sudah beberapa kali mengalami perubahan dari waktu ke waktu hingga sekarang ini. Pada revolusi Industri 1.0, tumbuhnya mekanisasi dan energi berbasis uap dan air menjadi penanda. Tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin.
Mesin uap pada abad ke-18 adalah salah satu pencapaian tertinggi. Revolusi 1.0 ini bisa meningkatkan perekonomian yang luar biasa. Sepanjang dua abad setelah revolusi industri, pendapatan per kapita negara-negara di dunia meningkat enam kali lipat.
Revolusi Industri 2.0 perubahannya ditandai dengan berkembangnya energi listrik dan motor penggerak. Manufaktur dan produksi massal terjadi. Pesawat telepon, mobil, dan pesawat terbang menjadi contoh pencapaian tertinggi.
Perubahan cukup cepat terjadi pada revolusi Industri 3.0. Ditandai dengan tumbuhnya industri berbasis elektronika, teknologi informasi, serta otomatisasi. Teknologi digital dan internet mulai dikenal pada akhir era ini.
Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan berkembangnya Internet of/for Things yang diikuti teknologi baru dalam data sains, artificial intelligent atau kecerdasan buatan, robotik, cloud, cetak tiga dimensi, dan teknologi nano.
Sehingga memasuki era industri 4.0 ini, bagi HMI secara khusus, merupakan harapan dan juga tantangan. Pertama, harapan yang kemudian terbangun adalah fenomena era industri 4.0 bisa menjadi motivasi untuk memperbaiki pola pikir, dan bisa menjadi ajang mencari dan memperbanyak pengetahuan kaum muda muslim.
Kedua, tantangannya adalah tentu dengan revolusi industri 4.0 ini akan semakin sulit persaingan antara kita Indonesia dengan negara-negara lain yang memang sudah maju dari segala aspek, sehingga timbul pertanyaan “kita mampu atau tidak?”
Stratak HMI Menghadapi Era Industri 4.0
Teknologi dan perkembangannya merupakan sebuah keharusan yang harus dihadapi oleh seluruh umat manusia, begitu juga dengan umat Islam. Seperti ayat Alquran surat Ar-Rahman 33:
“Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) langit dan bumi lintasilah. Kamu tidak akan dapat menembusnya melainkan dengan ilmu pengetahuan.”
Kemudian dalam Alquran, “Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air. Lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. (Semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.” (QS. Al-Baqarah : 164).
Sehingga tidak ada alasan untuk menghindar dan tidak terlibat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggihnya.
HMI yang berasaskan Islam dan berperan sebagai organisasi perjuangan yang di dalamnya semua anggota HMI adalah anak muda Islam yang tentu punya kekuatan (power) yang masih sangat ideal. Jadi ada hubungan stratak HMI saat mengonsepkan suatu bentuk perjuangan dengan anak muda. Dua hal yang tidak bisa dilepas pisahkan.
Dari situlah stratak HMI sudah seharusnya sudah memiliki strategi dan taktik yang mantap sebagai road map dalam menghadapi era industri 4.0 ini. Stratak HMI yang harus ditunaikan sebagai berikut:
Pengembangan SDM
Sumber Daya Manusia (SDM) perlu dikembangkan dari segala aspek, terutama pendidikan dalam menjawab tantangan era industri 4.0. Ini karena pengembangan SDM adalah modal utama.
Menghadapi era modern yang penuh dengan lajunya arus globalisasi yang didominasi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini mengharuskan stratak HMI membentuk manusia Indonesia menjadi manusia yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Baik itu di HMI sendiri maupun untuk masyarakat Indonesia, terutama generasi muda.
Semuga tertuju demi memperbanyak pengetahuan, terutama tentang perkembangan di era industri dengan mengadakan training-training di bidang teknologi dan perindustrian. Kemudian stratak HMI melalui kader-kadernya harus tetap menjadikan membaca, diskusi, kajian dan menulis sebagai budaya anak HMI
Penguasaan Digital
Kemajuan digital telah memasuki sendi-sendi kehidupan kita.
Olehnya itu, perlu untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi Internet of things atau mengintegrasikan kemampuan Internet dengan lini produksi di industri.
Stratak HMI melalui kader-kadernya harus mampu untuk berinovasi untuk mengembangkan dan memanfaatkan kecanggihan teknologi digital ini. Misalkan dalam rangka membuat media dengan konten-konten menarik, mengembangkan perekonomian mahasiswa Islam dengan memakai digital dan sebagainya.
Implementasi konsep NDP
Nilai Dasar Perjuangan di HMI adalah sebuah ideologi yang digunakan untuk melihat dunia atau pandangan dunia (world view).
Dalam NDP, kader HMI bagaimana bisa memaknai tentang Tuhan, manusia, dan alam dari sisi iman, ilmu, dan amal. Olehnya itu, mengimplementasikan konsep NDP dalam konteks kehidupan diera industri adalah sebuah keharusan seluruh kader HMI bahkan alumni. (***)