Tiga Daerah Pilkada di Sulut, PDIP-NasDem-Golkar “Perang Total”

 

Ilustrasi: Kabupaten/Kota se Sulawesi Utara, yang akan menyelenggarakan Pilkada 2020.

Harimanado.com, Manado — 2020 mendatang Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) akan menggelar 7 Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tingkat Kabupaten/Kota, yakni Kota Bitung, Minut, Kota Manado, Kota Tomohon, Minsel, Boltim dan Bolsel, plus Pemilihan Gubernur (Pilgub).

Bacaan Lainnya

Jika dihitung merata hanya ada tiga Partai Politik (Parpol) yang memiliki kekuatan penuh untuk berlaga di pesta demokrasi lima tahunan ini.

Mereka diantaranya PDIP, Nasdem dan Golkar. Ketiga Partai tersebut meraup kursi mayoritas di 7 Daerah tersebut.

Dikabarkan Pilkada yang dijadwalkan September mendatang sudah akan memulai tahapannya itu bakal menjadi pertarungan sengit bagi ketiga Parpol di atas tadi. Bahkan terinformasi PDIP melalui pernyataan yang dilontarkan elit Partai berlambang moncong putih itu menargetkan menyapu bersih kursi Bupati/Wali Kota di tujuh daerah itu.

Namun, langkah banteng menurut banyak pihak akan tercengang dihadang Nasdem dan Golkar yang juga memiliki banyak bintang di internal bakal dipasang pada Pilkada nanti.

Ketua DPD PDIP Sulut Olly Dondokambey saat dikonfirmasi melalui Ketua Bapillu Lucky Senduk mengatakan partainya tidak akan bingung soal mengusung calon walikota di Manado dan juga daerah lain di Pilkada nanti.

“Kami malahan kelebihan stok kader potensial untuk memimpin Kota Manado,” ujarnya.

Lanjutnya, perlu digaris bawahi PDIP tak pernah takut dengan siapapun calon yang akan maju di daerah yang melaksanakan pilkada.

“Kader yang akan kami jagokan sebentar semuanya dilalui dengan mekanisme partai. Jadi istilahnya sudah dilakukan pengemblengan dulu, “katanya.

Senduk menambahkan saat ini partai moncong putih ini belum masuk dalam pembahasan persiapan pilkada.

“Nanti setelah Kongres PDI Perjuangan yang akan dilaksanakan 8 Agustus di Bali , baru dimulai proses dan mekanisme Pilkada, “tutupnya.

Juru Bicara Partai Golkar Sulut Feriando Lamaluta menuturkan, helatan Pilkada serentak 7 kabupaten/kota di Sulut 2020 mendatang, pihaknya tak gentar dengan siapa pun yang nanti ikut dalam meramaikan persta rakyat itu.

“Kami Golkar tak gentar dengan siapa pun, karena sebagai petarung dalam merebut hati rakyat kami sudah buktikan di pemilu lalu. Seperti di Kota Tomohon, Minsel dan beberapa kabupaten lain, yang posisi Golkar sebagai pemenang kedua,” kata Lamaluta, tadi malam.

Terkait pertarungan di empat kabupaten/kota yang diisukan sengit antar Golkar dan PDIP. Kata Lamaluta, pihaknya siap bertarung secara secara terhormat dan sehat dalam memengkan hati rakyat.

“Tentu strateginya sudah siapkan, apa lagi di Minsel dan Tomohon sebagai pemenang di Pemilu. Untuk Kota Manado kita punya kader sekaligus figur seperti Pak Imba. Kami yakin bisa menangkan hati rakyat. Yang jelas untuk Pilbub dan Pilgub Golkar dipastikan mengusung termasuk di Bolsel dan Minut,” tegas Lamaluta.

Saat ini, Lanjut Lamaluta, pihaknya menyiapkan strategi-strategi sekaligus menyiapkan peta politik dihelat 2020 nanti.

“Kan tanggal 20 September tahapannya sudah jalan, dan saat ini kami juga masih fokus para bakal calon dari Golkar yang bertarung nanti. Sekaligus membangun komunikasi dengan sejumlah partai dalam berkoalisi bersama dengan Golkar nantinya,” kuncinya.

Terpisah, Pengamat Politik Universitas Sam Ratulangi Ferry Liando menjelaskan, sepertinya publik sudah menjadikan hasil pemilu 2019 sebagai pijakan menilai kekuatan. Parpol yang meraih jumlah kursi terbanyak selalu dianggap akan dominan pada Pilkada 2020. Itu tidak salah, namun juga tidak selamanya benar. Sebab dinamika politik pilcaleg sangat berbeda dengan dinamika Pilkada.

“Kalau pilcaleg, rakyat memililih individu Sedangakan Pilkada, rakyat akan memilih pasangan. Sehingga sangat tidak tepat jika publik hanya menilai kekuatan figur sebelum pasangannya diketahui. Banyak fakta bahwa ada figur yang sangat disegani publik namun ketika dipasangkan dengan figur yang tidak memiliki elektoral yang besar, maka pasangan itu akan lemah,”ungkap dosen pascasarjana itu, tadi malam.

Ia menambahkan, jika seorang penyanyi profesional diduetkan dengan seseroang yang memiliki suara sumbang, maka nyanyian itu kedengaran buruk. Jadi pada intinya kekuatan itu bukan semata pada figur, tetapi soal siapa pasangan atau kombinasi yang dipaketkan.

“Hal penting juga untuk menentukan kekuatan figur sangat tergantung juga pada kompetitornya nanti. Jadi jika penetapan calon belum ada, maka kejelasan soal siapa melawan siapa belum jelas. Sehingga terlalu prematur jika adanya saling klaim siapa yang kuat sebelum adanya penetapan calon oleh KPUD,”tandas peraih gelar doktor di Universitas Padjajaran itu. (**)

Pos terkait