Harimanado.com-Manado – Geliat arah politik jelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Sulawesi Utara (Sulut) 2020 mendatang semakin memperlihatkan siapa-siapa yang dipastikan bakal mencalonkan diri.
Manuver dan intrik pun kian diperagakan para elit politik di tanah Nyiur Melambai.
Diprediksi situasi beberapa waktu ke depan akan memanas.
Publik politik dan masyarakat diyakini bakal terbelah dukungan.
Menurut informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, Pilgub nanti hanya akan ada 3 pasangan calon (Paslon) yang bertarung.
Nama-nama yang paling santer terdengar mulai dari media sosial, survey mini di medsos, warung kopi dan diskusi yang digelar kecil-kecilan hanya memunculkan tiga nama terkuat yakni Olly Dondokambey, Elly Lasut dan Christiany Eugenia Tetty Paruntu.
Olly Dondokambey sebagai nakhoda utama PDI Perjuangan dipastikan diusung kembali ke periode kedua. Partai berlambang banteng moncong putih itu tak perlu koalisi, lantaran telah mengantongi 18 kursi di DPRD Sulut. Jika dihitung PDIP telah memegang 40 persen jumlah kursi. Itu artinya Partai besutan Megawati Soekarnoputri itu sudah kelewatan gemuk untuk mengusung pasangan calon. Namun, tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa Parpol kecil yang bakal bergabung.
Sementara itu, Elly Lasut yang paling banyak disebut bakal dicalonkan Partai Nasdem. Bupati terpilih Talaud itu, dielus merupakan tokoh politik yang mampu mengimbangi kekuatan OD. Partai Nasdem sendiri telah memenuhi syarat untuk mengusung calon, yakni memiliki modal 9 kursi di DPRD Sulut. Akan tetapi sejumlah nama lainnya seperti GSVL, Vonnie Panambunan dan Yasti Mokoagow juga masuk bursa calon.
Partai Golkar sendiri, meski belum mencukupi kursi di DPRD Sulut lantaran baru mengantongi 7 kursi, namun Partai yang pernah berkuasa lama di Sulut tersebut diprediksi bakal menjadi kuda hitam di Pilgub nanti. Hanya membutuhkan 2 kursi lagi Golkar sudah bisa mendaftarkan diri ke KPU. Pucuk pimpinannya pun sudah bulat di internal akan dicalonkan yakni Tetty Paruntu. Saat buka puasa bersama digelar beberapa waktu lalu di Kantor Golkar Sulut, mayoritas kader dan pengurus menyebutkan CEP sapaan akrabnya final diusung maju Cagub.
“Kami semua bersama simpatisan Golkar diseluruh Sulut mendukung sepenuhnya Ketua DPD I Golkar Sulut Tetty Paruntu untuk maju sebagai Calon Gubernur pada Pilkada 2020 nanti.
CEP sangat pantas dan layak untuk bertarung di Pilgub. Kita seluruh kader akan mengerahkan kekuatan mesin Partai dengan sepenuhnya untuk memenangkan Ibu Ketua. Golkar tinggal membutuhkan 2 kursi lagi untuk bisa mengusung. Dan sejauh ini sudah terdapat beberapa Parpol yang telah membangun komunikasi,”ungkap Kader Golkar Sulut saat ditemui di kantor DPD I beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Nasdem Sulut saat dikonfirmasi, masih malu-malu menyebutkan secara gamblang siapa-siapa bakal calon yang bakal diusung pada Pilgub mendatang.
“Kita belum memutuskan hal itu. Nanti pasti akan bangun koalisi. Kita akan merajut hubungan yang baik dengan semua partai,”singkat Ketua Bapillu Nasdem Sulut Moktar Parapaga belum lama ini.
Terpisah, Ketua Bapilu PDIP Lucky Senduk menegaskan, sejak awal PDIP sudah menyatakan pada Pilgub nanti hanya ada nama Olly Dondokambey dan Steven Kandow (OD-SK) yang diusung. ”Ini sudah sangat jelas hanya OD-SK saja,” ujar Senduk.
Ditegaskannya, keputusan partai mengusung OD-SK karena melihat duet maut yang diusung PDIP berhasil dalam membawa daerah nyiur melambai ini semakin baik. Mulai dari roda pembangunan sampai tingkat kesejahteraan rakyat.
Apalagi pada pemilu ini lanjut Senduk, PDIP berhasil meraih suara terbanyak untuk Pilpres. Kemudian dalam perolehan kursi juga PDIP menang. ”Jadi ada kajian matang bukan tidak,” ujarnya.
Soal adanya bargaining politik, Senduk menyatakan itu akan dilihat nanti. “Yang pasti peta politik saat ini PDIP berusaha dengan sebaik mungkin dengan partai lain dalam melakukan koalisi,”tandas Senduk.
Sementara itu, Pengamat Politik Unsrat Ferry Liando mengatakan,satu-satunya yang bisa menentukan peta politik Pilkada 2020 barulah sebatas hasil pemilu 2019. Kata dia, hasil pemilu bisa menjelaskan parpol-parpol mana yang bisa mengusung calon sendiri atau parpol-parpol mana yang terpaksa harus membangun koalisi dengan parpol lain. Namun pengaruhnya pada elektoral masih amat sulit terbaca.
“Peta politik elektoral akan mudah terbaca jika sudah ada penetapan pasangan calon dari KPU. Saat itu sudah dipastikan siapa diusung oleh parpol apa siapa berpasangan dengan siapa dan pasangan siapa melawan siapa. Pengaruh Electoral sangat ditentukan oleh siapa figur dan siapa lawannya. Bukan semata-mata pada parpol pemenang pemilu,”ujar dosen pascasarjana itu, tadi malam.
Liando mencontohkan, pada waktu Pilkada Minahasa tahun lalu, diawal-awal tahapan semua memprediksi JWS masih bisa menang karena petahana. Namun siapa yang bisa sangka ternyata JWS tidak bisa jadi calon. “Jadi selama belum ada penetapan pasangan calon dari KPU. Maka amat sulit untuk membuat peta kekuatan. Jika sudah ada penetapan maka sudah jelas siapa berpasangan dengan siapa dan siapa lawan masing-masing.
Soal pasangan calon bisa juga mempengaruhi kekuatan. Biasanya kalau terjadi kombinasi antar etnik, wilayah atau agama sangat berpengaruh,”terang alumnus Universitas Padjajaran itu.(**)