Bitung 2020, PDIP-Nasdem Pecah Kongsi

Lomban-Mantiri Dipastikan Maju Papan 1

Harimanado.com-Bitung – Perebutan tahta kekuasaan di Kota Bitung 2020 mendatang dipastikan memanas. Pasalnya, daerah yang dijuluki Kota Cakalang itu bakal menyajikan dua pertarungan besar antara PDI Perjuangan dan Partai Nasdem.

Duet Wali Kota Max Lomban dan Wakil Wali Kota Maurits Mantiri diendus pecah kongsi alias keduanya disebut-sebut bertanding maju papan 1.

Bacaan Lainnya

Peta politik ini mendasar, lantaran diketahui kedua Partai Politik (Parpol) tersebut terhitung bisa mengusung sendiri pasangan calon (Paslon). Dan juga ditambah perseteruan urat syaraf dua Partai ini makin mengencang pasca hasil Pileg 17 April lalu.

Ketua Bapillu PDI Perjuangan Sulut Lucky Senduk menegaskan, soal pelaksanaan Pilkada baik di Bitung, juga daerah lainnya, PDI Perjuangan pasti akan mengusung sendiri siapa calon wali kota, wakil wali kota atau calon bupati dan wakil bupatinya.

“Kan sudah jelas kalau di Bitung PDIP menang,” ujar Senduk.

Menurutnya, kekuatan peta politik di Bitung bahkan daerah lain sudah teruji. Nah, kalau sebut soal Bitung ada Wakil Wali Kota Maurits Mantiri, nama itu masih tangguh dan kuat.

“Pak Maurits posisi sekarang kuat belum ada nama lain yang bisa menggantikan beliau,” tegasnya.

Meski mengaku Mantiri masih kokoh diposisi atas, namun Senduk menyatakan dalam pertarungan nanti bisa saja ada partai yang ingin koalisi.

Akan tetapi harus mengikuti aturan partai.

“Kami bisa buka peluang koalisi. Tapi penentuan siapa jadi wakil itu ditentukan oleh PDIP,” tandasnya sambil menambahkan jika ada koalisi maka partai yang ingin gabung harus bisa menerima semua ketentuan partai.

Senduk juga mengatakan, khusus di Bitung PDIP masih akan lakukan kajian lagi, apakah akan membuka pendaftaran khusus untuk wakil wali kota atau bersama dengan wali kota.

“Nah, soal ini akan dibicarakan lagi,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Bapillu DPW Nasdem Sulut Moktar Parapaga saat dikonfirmasi membantah isu Max dan Maurits bakal maju terpisah pada Pilkada 2020 nanti.

Menurutnya, hingga saat ini DPW NasDem belum menentukan sikap terkait gelaran Pilwako Kota Bitung 2020.

“Tidak demikian. MaMa dua periode atau kemungkinan lainnya masih mungkin terjadi dikarenakan belum ada putusan soal itu,” jawab Parapaga ketika dihubungi harian ini, Kamis (23/5).

Pandangan berbeda diungkapkan Ketua DPK PKPI Kota Bitung Boy Gumolong, ia memprediksi sudah hampir pasti jika PDIP mencalonkan MM alias Maurits sebagai Calon Wali Kota Bitung selanjutnya.

“Berdasarkan hasil Pemilihan Legislatif di Kota Bitung, memungkinkan jika PDIP maju sendiri. Namun terkait hal itu, PKPI Kota Bitung baru akan mengambil sikap usai pelantikan anggota DPRD Kota Bitung,” ujar Boy, Kamis (23/5).

Diketahui, dorongan kencang PDIP dalam mencalonkan Maurits Mantiri sebagai calon Wali Kota Bitung sudah bukan rahasia lagi.

Terbaru dalam jajak pendapat Pilwako Kota Bitung disebuah group media sosial, figur macam Fabian Kaloh kampanyekan Mantiri sebagai calon paling kompeten.

Terpisah, Pengamat Politik Universitas Sam Ratulangi Ferry Liando mengatakan, tentu terlalu cepat memprediksi peta kekuatan Pilkada 2020 di Kota Bitung.

Satu-satunya rujukan yang bisa dibaca pada hasil pemilu 2019 adalah parpol-parpol mana yang bisa mengusung calon walikota dan wakil walikota.

Undang-undang nomor 10 tahun 2016 tentang Pilkada menyebutkan syarat parpol yang bisa mengusung adalah parpol yang memperoleh 20 persen kursi dari jumlah total DPRD atau 25 persen suara hasil pemilu.

Jika angka itu tak terpenuhi maka suatu parpol dapat bergabung dengan parpol lain untuk mencukupi syarat itu.

Namun demikian untuk membaca kekuatan masing-masing parpol masih amat sulit untuk berspekulasi.

“Alasannya, parpol yang memiliki suara dan kursi terbanyak hasil pemilu tidak bisa seolah-olah dideklarasikan sebagai pemenang Pilkada nantinya.

Cara membaca kekuatan masing-masing parpol di Pilkada adalah siapa figur yang diusung sebagai calon, calon siapa berpasangan dengan siapa.

Bitung itu berbeda dengan daerah lain.

Latar belakang etnik, suku dan agama sangat variatif.

Sehingga sangat berbahaya jika satu parpol tidak membangun pasangan calon walikota dengan wakil walikota hanya dalam satu variatif,

“kata dosen pascasarjana itu, tadi malam.

Ia menambahkan, kemungkinan pasangan calon yang bisa mendominasi jika terjadi perkawinan dua variatif.

Misalnya Minahasa-Nusa Utara, atau Minahasa-Gorontalo, atau Kristen-Muslim, atau Protestan-Katolik/Pangekosta atau penggabungan Variasi lain.

“Pak Olly dan Pak Steven walaupun masih dalam satu parpol namun keduanya merupakan kombinasi tonsea-Tondano-Tountemboan.

Hal itu bisa menjadi contoh untuk Kota Bitung.

Sehingga membaca perspektif kekuatan parpol akan mudah terbaca ketika pasangan calon walikota dan walikota sudah ditetapkan KPUD,”tandas Liando.(**)

Editor : Fajri Syamsudin

Peliput : Tim HM

Pos terkait