Pidato Mega Sangat Emosional, Cap Rezim Jokowi Ulangi Rezim Orba

Harimanado.com,JAKARTA- Pidato politik Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sanggup membakar semangat ribuan relawan pendukung Pilpres 2024 Ganjar-Mahfud di JiExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (27/11).
Nada pidatonya penuh emosional selama hampir satu jam. Dia mengaku jengkel dan kesal dengan dinamika politik menjelang masa kampanye yang akan dimulai, Selasa (28/11) hari ini.

Presiden RI kelima itu banyak menyoroti sejumlah isu terkait Pemilu dan Pilpres 2024. Kekesalan Mega terutama terlihat saat dia menyebut penguasa saat ini bertindak laiknya Orde Baru.

Bacaan Lainnya

“Mestinya Ibu enggak perlu ngomong gitu, tapi sudah jengkel. Karena apa, Republik ini penuh dengan pengorbanan, tahu tidak? Mengapa sekarang kalian yang baru berkuasa itu mau bertindak seperti waktu zaman Orde Baru,” kata Megawati.

Acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) relawan Ganjar-Mahfud turut dihadiri para ketua umum partai pengusung. Ganjar turut hadir pada kesempatan itu dan mengisi sesi pidato terakhir setelah Mega.

Berikut poin-poin pidato Mega dalam acara tersebut:

Megawati di awal pidatonya sempat mengajak masyarakat agar tak golput pada pemilu. Dia menyebut orang golput sebagai orang yang tak memiliki pendirian.

Penguasa bak Orba:
Megawati menyindir penguasa saat ini laiknya pemerintah Orde Baru. Dia mengaku tak tahan lagi untuk tidak menyampaikan kritik tersebut. Mega mempertanyakan penguasa saat ini yang bertindak seperti era Orde Baru.

Namun, Mega memberikan semangat kepada para relawan agar tak gentar dan takut. Dia meyakinkan Ganjar-Mahfud akan menang satu putaran.

“Berani tidak? Berani tidak? Berani tidak? Merdeka. Merdeka, merdeka, merdeka. Menang kita. Ganjar-Mahfud. Menang. Satu putaran,” ucap Mega.

Pemimpin track record
Mega juga menyerukan agar relawan memilih calon pemimpin yang memiliki rekam jejak baik. Menurut dia, memilih pemimpin tidak bisa hanya atas dasar teori.

Tantang pelaku kekerasan di Pilpres
Megawati  menyebut bahwa dirinya tetap sebagai rakyat Indonesia. Dia juga mengaku tak akan diam melihat penguasa bertindak seenaknya.

Who Am I
Mega terhitung lima kali melontarkan kalimat pertanyaan, who am I atau siapa saya, selama kurang lebih 50 menit pidatonya.

“Mengapa saya mulai dengan Who Am I? Siapa kamu? Karena kalian mesti tahu sejarah,” ucap Megawati.

Megawati mengingatkan bahwa pada dasarnya reformasi adalah untuk membatasi kekuasaan.
Sebagai sebuah amendemen, aturan tersebut mestinya cukup diikuti, dan tidak boleh dilanggar.
“Aturan mbok diikuti ya, jangan dilanggar-langgar. Kalau nanti bener disemprit, ternyata kalian juga maling, haduh gawat,” kata Mega.(cnn)

 

Pos terkait