Harimanado.com-Webinar peternakan ayam ras di saat pandemic covid 29 direspon luar biasa, Selasa (4/8) sore sampai malam.
Diskusi virtual yang digagas INN Promosindo (INN Media Grup) dan Pinsar Sulut diikuti ratusan partisipan.
Diskusi yang juga disiarkan langsung di FB, menghadirkan empat pembahas. Kadis Pertanian dan Peternakan Sulut Novly Wowiling.
Dekan Fakultas Pertanian Johannis R Tulung, Alfred Kompudu dan Ketua PDHI drh Hanna Olly Tioho dan moderator Ketua Pinsar Sulut Ir JG Tambayong.
Webinas diawali pengantar dari Kadis Pertanian Peternakan Novly Wowiling. Dia salut dengan kontribusi INN Promosindo mengangkat peternakan ayam unggas.
“Terima kasih gagasan dan ide untuk INN media. Dan juga komunitas JFAR. Semangat dan komitmen tetap terpelihara. Juga untuk semua peserta,” kata kadis.
Karena berkat kolaborasi semua bisa berjalan. Dia menyentil perpaduan dalam program apa saja.
Semoga harapan kami mewakili pemprov Sulut diskusi ini menghasilkan sebuah ide. Bukan hanya tataran wacana.
“Tapi ide kepada Pemprov Sulut. Dan akan perkaya tupoksi masing-masing,”pintanya.
Diskusi virtual diikuti Dirut PT INN Promosindo Tauhid Arief dan Direktur INN Promosindo Eddy Marzuki dan host Maya Tulung.
Wowiling juga menyentil saat pandemic covid 19, ayam ras kontribusi inflasi rendah. Ini berdampak pada peternak. Nilai tukar petani (NTP) masih di bawah nilai bayar di kisaran 102.
Tapi, kata kadis, peluang pasar peternak ayam ras sangat besar. Untuk menopang, Pemprov mendukung peternak ayam ras.
“Pemprov permudah izin. Di saat pandemic, pemprov menyumbang bibit ayam. Satu peternak 25 ekor,”tuturnya.
Webinar yang diikuti Balai Karantina Pertanian Manado, JAPFA, akademisi dan pelaku usaha dan Hanna Tioly Ketua PDHI membuka mata betapa ceruk pasar ayam unggas.
Dekan Faperta Universitas Sam Ratulangi Dr Johannis LR Tulung menyentil ketangguhan peternak ayam ras. Dia mengungkapkan skema segi tiga mas. Tulung juga mengutip data bahwa Tahun 2050 kebutuhan pangan asal ternak naik 70 persen.
“Harga ayam ras dari luar masih murah. Itu tantangannya,”kata dekan.
Tulung menyentil tujuh kunci produksi. Beberapa kunci di antaranya mutu SDM. Dukungan SDM sangat besar perannya. Kemudian kemampuan modal, teknologi benih unggul. Serta System IT.
“Contoh di Brasil. Lahan tidak luas, tapi SDM bagus sehingga pemeliharaan efektif,”urai dekan.
Dekan membeberkan data konsumsi telur ayam ras sebesar 1,72 juta ton di 2021. Kemampuan Produksi ayam ras 250-280 butir/tahun.
Kemudian Alfred Kompudu dari FHO menguraikan di saat pandemic ada tantangan rantai penjualan yang panjang. Akibatnya tingkat konsumsi masih kalah dengan negara tetangga. Misalnya konsumsi ayam baru12,8 kg/per kapita per tahun.
Padahal kata Alfred, Indonesia termasuk produsen ayam dan telur dunia.
“Urutan 8 produksi telur ayam. Dan urutan 7 ayam unggas,”tuturnya.
Untuk itu ke depan. Tantangan ke depan kualitas produk unggas.Dia menyebut ada tiga factor. Tingkatkan vaksinasi, manajemen SDM dan biosecurity.
“Ingat ada 13 negara yang siap masukkan unggas di Indonesia. Ini bisa ancaman, kalau mutu unggas tidak berubah. Ini lebih banyak ayam pedaging,” ingatnya.
Drh Donny Muksydayan Saragih Kepala Balai Pertanian Kelas I Manado lebih banyak mengingatkan hambatan dan ancaman. Termasuk penyelundupan dari negara tetangga.
“Bicara ketahanan ekonomi nasional sangat beragam. Sehingga Ekonomi kita masih tumbuh. Penopang terkuat sektor pertanian,”katanya.
Pembahas terakhir Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sulut drh Hanna Olly Tioho.
Dokter hewan ini menguraikan dari aspek kesehatan unggas. Dia mengawali dengan motto Manusia Migra Satwa Sewaka.
Webdiskusi berakhir sekira pukul 19.30 Wita.(bud)