Kalahkan Bekas Bos di Kemenag Sulut
Harimanado.com-MANADO- Senyum Hi Ulyas Taha sulit disembunyikan.
Gembira bercampur lega terpancar dari kader asli Nahdlatul Ulama (NU) Sulut ini.
UT sapaan akrabnya mengakhiri drama pemilihan ketua PW Nahdlatul Ulama (NU) Sulut secar happy ending.
Dalam Konferwil NU ke IX di Hotel Aston, Manado, Minggu (14/7) kader NU tulen ini sukses mendulang 8 suara dari 9 PCNU di kabupaten/kota di Sulut.
Ulyas hanya menyisakan satu PCNU untuk mantan atasannya Suleman Awad.
“Alhamdulillah sebagai kader NU saya akan memberi yang terbaik untuk membesarkan NU Sulut,”tutur Ulyas Taha usai pemilihan yang berlangsung menegangkan.
Informasi yang diperoleh di arena Konferwil, perjalanan Ulyas Taha hingga didapuk sebagai Ketua Tanfidziyah berjalan dramatis.
Pasalnya, sejak dua pekan terakhir warga NU tersedot mengomentari dimanika Konferwil tersebut, sampai saling hujat dan menjatuhkan para bakal calon pun terjadi.
Namun, saat Konferwil organisasi Islam terbesar itu dimulai, susana mulai sejuk saat seluruh peserta dan warga NU yang turut hadir satu suara menginginkan yang terbaik bagi NU, dan NU harus dipimpin kader yang benar-benar mampu mengemban amanah Jamiiyah.
Ketua PCNU Bolmut Supriyadi Goma saat diwawancarai usai Konferwil mengatakan, proses Konferensi berjalan sesuai aturan main organisasi yakni Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Kata dia, sejak dimulai proses sidang dari tata tertib sampai pada pemilihan calon berjalan sesuai peraturan organisasi hasil Muktamar NU Jombang.
“Saat masuk pada pemilihan calon hanya Ulyas Taha dan Suleman Awad yang memenuhi kriteria dan prasyarat sebagai calon. Akhirnya pimpinan sidang langsung melanjutkan pada proses pemilihan, Minggu siang tadi, (kemarin, red). 8 Cabang memilih Ulyas Taha dan satu memilih Suleman Awad,”kata Gus Upik sapaan akrabnya.
Lanjut dia, terkait dinamika yang terjadi sejak beberapa waktu lalu hingga pelaksanaan Konferwil itu merupakan hal biasa dalam organisasi. Namun, semuanya tentu tau bahwa setiap organisasi itu memiliki aturannya masing-masing. Apalagi organisasi sebesar NU, yang didirikan oleh ulama-ulama yang mempunyai peran dalam mendirikan bangsa ini.
“Ya jelas Ketua Tanfiz itu harus benar-benar kadar Ke-NUannya sudah teruji. Proses pengabdiannya juga harus dipertimbangkan, apa yang telah ia berikan kepada NU selama ini. Yang paling pokok adalah jenjang kaderisasi yang harus ia ikuti sesuai yang dicanangkan oleh PBNU. Tak hanya itu, orang tersebut harus betul-betul memberikan dirinya lahir dan batin untuk kepentingan jamiiyah atau warga Nahdliyin,”tandas birokrat handal Bolmut itu.(ewa/fjr)