Kepolisian Didesak Gerak Cepat Proses Sekwan DPRD Sulut

“Hal ini harus benar-benar ditindak lanjuti hingga terduga dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Agar kedepan tidak terjadi lagi sikap premanisme di tubuh lembaga legislatif. Sikap Premanisme dalam tubuh lembaga legislatif harus segera dihentikan,”
Sonny Udjaili
Tim Kuasa Hukum Korban

 

Bacaan Lainnya

MANADO—Pihak kepolisian dalam hal ini Polresta Manado, didesak Tim Kuasa Hukum korban Rayn Entuu, untuk bergerak cepat memroses kasus premanisme Sekwan DPRD Sulut. “Kami selaku kuasa hukum dari korban pemukulan oleh oknum Sekwan DPRD Provinsi Sulut, meminta pihak kepolisian untuk bergerak lebih cepat memproses terduga,” tekan Sonny Udjaili, salah satu anggota Tim Kuasa Hukum, saat dihubungi harimanado.com, tadi malam.
Tak tanggung-tanggung, ia menegaskan, kasus ini harus ditindaklanjuti hingga terduga dinyatakan bersalah oleh pengadilan.
“Hal ini harus benar-benar ditindak lanjuti hingga terduga dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Agar kedepan tidak terjadi lagi sikap premanisme di tubuh lembaga legislatif. Sikap Premanisme dalam tubuh lembaga legislatif harus segera dihentikan,” tegas Udjaili
Ditambahkan, video yang beredar, merupakan alat bukti kuat untuk melaporkan oknum Sekwan DPRD Sulut.
“Jika dicermati, dalam beberapa video yang beredar dan sudah menjadi salah satu alat bukti bagi kami melaporkannya, terlihat jelas terduga melakukan pemukulan,” tutup Udjaili.
Sebelumnya, Bartolomeus Mononutu saat dikonfirmasi ‘membenarkan’ aksi premanisme tersebut.
“Sudah lah. Tidak usah konfirmasi. (Dugaan pemukulan mahasiswa) kejadian kemarin itu. Sudah jo!” tegasnya sembari menutup sambungan telepon.
Terpisah, dari keterangan Entuu, kejadian berawal saat ia berada di pagar gerbang keluar Kantor DPRD Sulut bersama rekan-rekan mahasiswa lainnya. “Saat gerbang roboh, polisi langsung buang gas air mata. Saya sesak napas, kemudian saya mundur mencari air. Karena tidak mendapat air, saya kemudian pergi ke polisi yang berjaga di dekat gerbang untuk minta air,” ceritanya.
Saat itu juga, dikatakan, ia kemudian digandeng aparat kepolisian dan diantar ke dalam Kantor DPRD Sulut. “Ketika diantar petugas, posisi saya dalam keadaan menunduk, karena sesak napas akibat gas air mata. Dan sebelum masuk ke kantor (DPRD Sulut), saya dihajar (Mononutu),” katanya.
Beruntung, lanjut Entuu, saat itu juga polisi langsung mengamankan dirinya. “Polisi mengatakan (saya) jangan dipukul. Karena hanya mau minta air,” tutupnya.(ian)

Pos terkait