AKRAB : Kegiatan ibadah saat digelar di kampus UKIT Wenas Tomohon, Selasa (30/7).
TOMOHON-Dalam rangka memperingati dan menyongsong hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang ke 74 tahun 17 Agustus mendatang organisasi kepemudaan dan Kemahasiswaan Lima Nusantarq bekerja sama dengan BEM UKIT Wenas Tomohon menggelar Ibadah bersama Mahasiswa se Sulut dan Mahasiswa Papua dari berbagai perguruan tinggi di Sulut, Selasa (30/7) di Auditorium UKIT Wenas. Kegiatan tersebut mengangkat tema
“Merajut Nilai-nilai Kebangsaan Mahasiswa Sulut dan Mahasiswa Papua”.
Kegiatan yang penuh rasa kekeluargaan dan kekerabatan itu dirangkaikan dengan Ikrar Mahasiswa menyongsong kemerdekaan dan masa depan bangsa. Pdt Junior Sumarauw S.Th M.Th selaku pembawa Khotbah mengatakan, kita bersyukur akan kasih dan karunia Tuhan yang telah diberikan kepada kita.
Marilah merunut kembali konsep kedwiwarganegaraan umat Kristen di Indonesia, dimana orang Kristen sebagai umat tebusan Allah telah dimateraikan oleh keselamatan melalui karya penebusan Yesus Kristus.
“Namun di sisi lain, kita juga diberikan tanggung jawab oleh Tuhan dengan identitas sebagai warga negara Indonesia, sehingga kita juga memiliki tanggung jawab besar bagi bangsa ini. Dengan demikian, ketidakadilan yang sering kita alami, tidak lantas kita jadikan alasan untuk menipiskan nasionalisme kita sebagai orang Kristen, tetapi kita juga punya tanggung jawab untuk memikirkan bagaimana kita dapat memajukan, memperbaiki, dan membenahi keadaan yang serba tidak adil tersebut,”ungkap Pdt Sumarauw.
Lanjutnya, nasionalisme bukanlah bagian terpisah dari iman Kristen. Dalam narasi Alkitab, nasionalisme jelas adalah bagian dari kehidupan tokoh-tokoh seperti Daniel, Yusuf , Ester, dan Daud. Maka, sebagai umat Tuhan juga perlu mengambil peran di tengah bangsa ini dengan semangat nasionalisme. Inilah wujud nyata tanggung jawab iman kita terhadap kondisi bangsa dan negara dimana Tuhan menempatkan.
“Siapa yang tidak bersyukur hidup di Negara ini? Walaupun kita banyak perbedaan tapi kita diikat dengan Bhineka Tunggal Ika dimana simbol ini yang membuat Roh kudus seakan senyum melihat persatuan dan rasa persatuan dan kesatuan harus kita rasakan. Misalkan di Lombok dan Palu kejadian gempa walaupun berbeda pulau tapi karena kita hidup dalam satu kebangsaan sehingga rasa Persaudaraan yang diajarkan kristus yang mengangkat rasa kemanusiaan kita,”bebernya.
Ia menambahkan, generasi di tanah Kanaan ini konfliknya berkepanjangan yaitu konflik persaudaraan, inilah yang terjadi di Indonesia. “Gerakan separatis sebenarnya terjadi karena rasa persaudaraan kita sudah kurang sehingga tangan tangan kristus kurang melihat kita.
Cinta akan negara dan bangsa kita merupakan kewajiban dan perintah dari Yesus Kristus,”tandasnya.(jim)