Ulyas Taha, Paling Kans Nakhodai NU Sulut

Foto Ulyas Taha

Bacaan Lainnya

MANADO–Konstalasi di arena Konferensi Wilayah (Konferwil) Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) hingga hari kedua Minggu (14/7) siang tadi semakin meninggi. Proses yang telah memasuki pembahasan Komisi oleh peserta Konferensi masih berlangsung. Informasi terbaru kandidat yang turun bertarung sudah mengerucut ke sejumlah nama. Paling mengkristal yakni Ulyas Taha yang kini menjabat Wakil Ketua PWNU Sulut.

Namun, beberapa nama calon diantaranya Herson Mayulu, Sulaeman Awad, Syaban Mauludin dan juga dari kalangan kaum muda NU yakni Junaidi Maskromo, Karyanto Martham, Irvan Basri dan Ahmad Rajafi juga diprediksi bakal masuk sebagai penantang kuat.

“Iya Ulyas Taha sudah mendapat dukungan sejumlah Cabang pemilik suara sah. Para PCNU menilai Ulyas merupakan kader NU yang sudah panjang proses pengabdiannya di NU. Dan juga KeNUannya sudah tak diragukan lagi. Sejak pelajar hingga mahasiswa Ulyas Taha sudah dikader di organisasi yang berafiliasi dengan NU. Hingga kini dirinya sudah dua kali menduduki posisi strategis di PWNU Sulut. Jadi beliau sangat layak dan pantas,”beber peserta Konferwil di lokasi kegiatan.

Sementara itu, Kader muda NU Pangkerego mengatakan, Konferwil kali ini wajib mengedepankan cara-cara yang sehat dalam proses berlangsung. Kata dia, NU punya aturan main sendiri dan itu dirumuskan oleh para ulama sejak dahulu hingga saat ini, sehingga itu Ketua terpilih nanti harus benar-benar jelas dan benar ke keNUannya.

“Kami berharap Konferwil ini melahirkan pemimpin yang mampu bertanggungjawab terhadap nilai-nilai NU. Marwah organisasi Islam terbesar di Indonesia ini tidak gampang saat para pendahulu mewariskan kepada kita sebagai generasi penerus. Sebagai kaum muda NU kita menginginkan Konferwil berlangsung secara sehat dan sesuai anggaran dasar yang ada,”tandas Ketua Bawaslu Bolmong itu.

Terpisah, Aktivis NU lainnya Hamri Mokoagow menuturkan, Konferwil NU Sulut Ke XI ini tidak hanya melakukan restrukturisasi kepemimpinan di tubuh NU dan Warga Nahdliyin Sulut, melainkan bertanggung jawab terhadap the,—ideologisasi dan keberlangsungan NU dan Jamiyah-nya kelak.

“Sebagai Organisasi terbesar di Indonesia dan dunia, kita sedang mengalami transformasi dan dekadensi sejarah yang sulit yang akan ditentukan di arena Aston hotel,–Manado kali ini,”terang Hamri.(ewa/fjr)

Pos terkait