RESMI : Peserta mapaba akbar Komisariat PMII IAIN foto bersama usai menerima materi, di Wisma Haji Tuminting.
MANADO–Mencetak kader terbaik bagi nusa dan bangsa dilakukan seluruh organisasi kemahasiswaan tak terkecuali Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Metro Manado. Melalui Komisariaat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado organisasi yang sejarahnya lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) menggelar kaderisasi formal Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) Akbar.
Tak tanggung-tanggung kegiatan yang dipusatkan di Wisma Haji, 30 Agustus itu diikuti sekira 200 peserta mahasiswa calon peserta yang berasal dari kampus hijau tersebut.
“Mapaba kali ini adalah sejarah baru bagi PMII di Sulawesi Utara yang berhasil menjaring 200 lebih calon peserta,” terang Ketua komisariat, sahabat Farid Mamonto.
Dalam sambutannya, Farid kembali mempertegas tema besar yang diusung oleh sahabat-sahabat PMII Komisariat IAIN Manado, yakni Revitalisasi PMII: Islam Rahmatan Lil Alamin dan Nasionalisme SebagaiKesadaran Sejarah.
Farid mengatakan, Islam adalah agama yang membawa konsep perdamaian bagi seluruh alam.
Hal itu bisa dilihat dari makna kata Islam itu sendiri yang berarti “kedamaian” atau “keselamatan”.
Hanya saja, kata Farid, belakangna di ruang publik Islam selalu saja ditarik oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab untuk memecah belah bangsa.
“Oleh ulah sekelompok orang yang melakukan mobilisasi masa besar-besaran mengatas namakan islam untuk merampas bahkan melakukan penghakiman kepada kelompok lain yang berbeda (paham) dengan mereka,” jelasnya.
Selain menjelaskan tentang posisi Islam sebagai pembawa kedamaian, Farid juga mempertanyakan nasionalisme para mahasiswa hari ini yang terkesan hanya semacam simbol monumental belaka.
“hanya menjadi simbolisasi monumental ketika ada hari besar nasional, semisal hari kemerdekaan kemarin,” ujarnya.
“Namun dalam laku hidup sehari-hari kita justru jauh dari itu semua,” sambung Farid lagi.
Farid juga mengomentari tindakan rasial yang dialami mahasiswa asal Papua. Menurutnya, apa yang dialami mahasiswa Papua cukup mencoreng momen hari kemerdekaan.
“Ada tindakan yang jauh dari rasa persatuan atas nama nasionalisme,” tegasnya.
“Berangkat dari sana PMII komisariat dan Cabang Metro Manado bersepakat untuk kembali menjadikan wacana ke-Islaman yang damai bagi seluruh alam dan nasionalisme sebagai kesadaran sejarah.”
“Untuk terus diulang2 hingga tuntas di setiap materi yang di berikan di Mapaba akbar kali ini,” tandas Farid.
Sementara itu, dalam sambutan ketua panitia Rama Labodu menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang bahu membahu mensukseskan Mapaba akbar Komisariat Iain manado.
Sambutan juga disampaikan sahabat Mulyadi Tuhatelu sebagai ketua cabang PMII Metro Manado.
Mulyadi mengingatkan, jauh sebelum ada Indonesia Hadratusyah KH. Hasyim Asy’ari membawa 2 konsep besar yaitu: spirit beragama dan komitmen kebangsaan.
“Maka di momen Mapaba akbar komisariat IAIN Manado Cabang Metro Manado saya mengajak kepada seluruh peserta mapaba dan kader PMII untuk sama-sama membumikan Islam Rahmatan Lil-Alamin, Agama, dan Nasionalisme,” terang Mulyadi, membuka Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) akbar PMII Komisriat Iain Manado.
Acara pembukaan Mapaba ini dihadiri oleh sejumlah tamu undangan mulai dari basis dampingan PMII Cabang Metro Manado; pedagang wisata kukiliner pantai Malalayang II dan Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Sulawesi Utara, hingga sahabat-sahabat dari Cipayung Plus.
Juga dihadiri oleh senior-senior PMII Cabang Metro Manado dan peserta dengan jumlah 207 peserta sampai pada proses akhir pembaiatan. (*)